Senin, 24 April 2017

Delusi

Mungkin aku terlalu perasa. Merisaukan hal yang sebenarnya tak perlu untuk diurusi. Apa urusannya aku dengan masa lalumu. Yang pernah bahagia dengan orang lain. Kenapa harus panas rasa di dadaku saat mantan-mantanmu itu orang yang hebat. Atau fotomu berdua dengannya yang membuat perih di dada. Sebuah fakta bahwa kalian pernah memimpikan masa depan bersama, mengabiskan waktu berdua, saling bercerita hingga waktu tak terduga. Namun apa hakku untuk mempermasalahkan itu. Memikirkan saja harusnya sudah tidak perlu aku lakukan. 

Sial! Sungguh sial karena mereka yang pernah mengisi hatimu sungguh orang-orang yang hebat. Siapa mereka? Perawat? Atau dokter kah? Oh, iya. si anu itu yang sama jurusan dengan kuliahku. Yang hanya butuh kurang dari 5 tahun untuk lulus. Jenius. Eh, tidak juga. Padahal yang terjadi jelas. Aku bukan siapa-siapa bagimu. Lantas apa urusanku dengan semua itu? Kenapa otak ini sedikit meleset untuk memikirkan hal yang aku sendiri tidak pernah terlibat. Atau hati ini yang mau nekat untuk terlibat? Hey, kalian. Akurlah! Kenyataannya aku hanyalah seorang buruh, seorang yang hampir di DO di kampus, berlabel veteran oleh dosen-dosen, dan untungnya juga tidak tampan. Bonusnya pendek. 

Seharusnya tak perlu kucari tahu tentang seorang apalagi tentangmu. Yang aku sendiri ragu atas kesanggupanmu untuh merengkuhmu. Ya, aku ragu. Bukan karena aku orang yang mudah menyerah. Tapi, dalam rasioku yang cukup penuh perhitungan, dapat mengenalmu itu sudah termasuk keajaiban sendiri. Bertemu denganmu untuk kali pertama, juga anugrah. Lalu apa? Ya! kau cantik. Itu fakta. Bodoh kalau aku tak tertarik padamu. Bohong kalau aku tak mau lagi bertemu denganmu. Aku ingin, mengenalmu lebih dalam. Mendengar semua lebihmu, kurangmu, dari mulutmu sendiri. Dan, aku kan ceritakan pula kekuranganku. Dan berharap kau akan tinggal, lalu bersama kita mencoba memperbaiki kehidupan, menyusunnya, dan menciptakan kisah baru di atas kenangan dan masa lalu yang sudah terjadi namun masih membuntuti. Bila kau pergi sekalipun, itu hakmu. Ya... bukan wewenangku untuk menahan atau memaksamu tinggal. Aku, mencemburui seorang yang tak memiliki rasa padaku.

Faktanya...
Aku, bukan siapa siapa


Curug, April hari ke-24




Sabtu, 15 April 2017

Di sudut Teh tarik Cak E

Aku, cukup senang dengan malam ini. Yah, walau sejenak tapi tak mengapa. Toh kita belum saling mengenal banyak. Ya, aku cukup terkesan masih ada yg mau dengan yang ber roda dua. Dan bukan sport fairing juga. Hahahaha. Cukup ingin tahu dengan segala yg kau lalui. Ya. Aku berharap ini berlanjut. Tapi apapun reaksimu aku tetap menghargai semua keputusanmu. Dan tetap sama. Malam ini terasa berbeda. Dengan beberapa tetes hujan dan satu cangkir teh tarik yang terasa lebih nikmat dari sebelumnya. Karena ada kamu. Mungkin.... 😊

Kota Gadis
15 April 2017

Rabu, 05 April 2017

Habis

Seandainya...
Kau cukup sabar untuk menanti
Melihat sekitarmu terlebih dulu
Menerawang masa depanmu dahulu
Yang terbawa angan
Terbentuk oleh fantasi
Tercipa dalam realita

Ya...
Mungkin saja terjadi
Kisah lain yang melibatkan rasa
Atau bisikan hati yang lirih
Membelokkan kenangan-kenangan
Menjadi apa yang kau mau

Mungkinkah???
Ah tidak...
Kepalaku lain dari kepalamu
Begitu pula pikiranmu
Yang 1000 tahun lebih maju dariku
Apalah aku
Yang terlambat dalam gelarku
Dan terasing dalam karirku